wargabicara.com
  • Beranda
  • Para Ahli
  • Berita Daerah
  • Pelayanan Publik
  • Keluhan Warga
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Para Ahli
  • Berita Daerah
  • Pelayanan Publik
  • Keluhan Warga
No Result
View All Result
wargabicara.com
No Result
View All Result
Home Suara Warga

Jatuh Bangun Kehidupan Soekirah, Biografi Ibunda Presiden Soeharto

admin wargabicara by admin wargabicara
4 Agustus 2020
in Suara Warga
0
Jatuh Bangun Kehidupan Soekirah, Biografi Ibunda Presiden Soeharto
0
SHARES
41
VIEWS

Idntimes.com – Raden Roro (Rr) Soekirah adalah ibu dari Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Soekirah lahir di daerah Argomulyo, Yogyakarta, pada 1903 dari pasangan Sukiman dan Suminem.

Tempat Soekirah tinggal dikenal sebagai desa agraris. Usia belianya dihabiskan di sawah, membantu tetangga dan orang tuanya menanam padi. Soekirah sangat senang bila musim panen tiba, karena area bermainnya akan semakin luas. Ketika musim kemarau, dia bersama teman-temannya sering menghabiskan waktu di bawah pepohonan atau mandi di kolam alam. Soekirah kecil dikenal sebagai gadis yang ceria dan tangkas.

Menginjak remaja, sang ibu mempersiapkan Soekirah agar menjadi istri yang baik. Dia mulai dibebankan sejumlah tanggung jawab serta diwajibkan untuk bisa memasak. Tumbuh dengan nilai agama serta norma Jawa, Soekirah berubah menjadi kembang desa yang tidak pernah memandang orang berdasarkan strata sosialnya, meski dia tumbuh di lingkungan yang feodal.

Sikap egaliter Soekirah terbukti ketika dia menikahi Kertoredjo, seorang duda dua anak, saat berusia 16 tahun. Akan tetapi, sejak itulah hidupnya berubah. Romansa pernikahan yang didambakan oleh kebanyakan orang tidak ia rasakan. Soekirah bahkan sempat “menghilang” selama tiga hari karena tidak kuat menahan tekanan psikis yang menerpanya.

Namun di balik beratnya hidup, rupanya Tuhan mengaruniakan Soekirah seorang anak laki-laki yang kelak menjadi presiden terlama dalam sejarah Indonesia, yang juga dijuluki Bapak Pembangunan.

Lantas, apa sih yang sebenarnya terjadi? Gimana pahit-manis hidup Soekirah?

1. Memiliki suami yang suka judi dan “main” perempuan

Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam buku ‘Ibu Indonesia dalam Kenangan’ menceritakan, betapa sulitnya kehidupan Soekirah sejak menikah.

Dia dan suaminya memiliki prinsip yang berbeda. Soekirah yang berusia 16 tahun masih memiliki sifat manja. Sementara suaminya, yang bekerja sebagai ulu-ulu atau seorang yang bertugas membagikan jatah air ke sawah-sawah, memiliki kebiasaan bermain judi. Sebenarnya, judi merupakan kebiasaan yang terbilang lumrah saat itu. Karena perbedaan inilah, suasana rumah tangga mereka menjadi canggung.

Lambat laun, kebiasaan buruk Kertoredjo menggerogoti kebahagiaan rumah tangga Soekirah. Kertoredjo menjual paksa perhiasan yang dimiliki istrinya untuk main “perempuan” dan berjudi. Padahal, Soekirah sedang hamil tua kala itu.

Soekirah yang tidak kuat berada satu atap dengan suaminya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dalam keadaan heran, ibu Soekirah bertanya, “kenapa pulang ke sini sendiri dan tidak diantar suami? Ibu tidak mau apalagi perutmu sudah besar!”

Mendengar keluhan sang Ibu, Soekirah hanya bisa menangis.

2. “Menghilang” selama tiga hari

Keesokan harinya, Soekirah tidak lagi berada di rumah. Semula, keluarga mengira dia telah kembali ke rumah suaminya. Namun setelah dicek, dia juga tidak ada di rumah. Kabar hilangnya Soekirah menggegerkan Desa Kemusuk, kediaman orang tuanya.

Di tengah cobaan yang menerpanya, Soekirah masih percaya bahwa Tuhan merupakan sosok Yang Maha Adil. Untuk mengubah nasibnya, Soekirah menjalani Ngebleng, yaitu ritual yang dipercaya oleh masyarakat Jawa (khususnya Kejawen) dengan melakukan puasa makan, minum, dan pantang tidur minimal 24 jam. Segala ritual itu diyakini menjadi cara yang efektif untuk “merayu” Tuhan supaya bisa mengubah nasib.

Ngebleng biasanya dilakukan di gua atau menyendiri di sentong (kamar bagian tengah). Setelah tiga hari tak ada kabar dari Soekirah, tiba-tiba dia mengagetkan keluarga karena keluar dari sentong dalam kondisi lemas. Keluarga padahal sudah memeriksa sentong, tapi tidak melihat tanda-tanda kehadiran Soekirah.  

“Soekirah nekat melakukan ngebleng untuk memperbaiki takdir. Setelah istirahat, diberi makan dan minum, ia dinasihati ibunya. Ia hanya bisa pasrah dan berharap kelak anak yang dikandungnya akan membawa suasana yang lebih baik untuk keluarga,” tulis Nurinwa dalam buku yang diterbitkan pada 2004 itu.

3. Cerai hingga tidak bisa memproduksi ASI

Pada 8 Juni 1921, buah hati yang dinanti akhirnya tiba. Kertoredjo menamainya Soeharto yang berarti harta yang berlebih. Dia berhadap anaknya kelak tidak kekurangan dan penuh dengan rezeki.

Sayangnya, kehadiran Soeharto bahkan tidak memberikan kesejahteraan rumah tangga. Soekirah sudah lelah menahan tekanan psikis dari kebiasaan buruk suaminya. Puncaknya adalah ketika dia jatuh sakit sehingga tidak bisa memproduksi ASI untuk Soeharto. Akhirnya, dia memutuskan untuk bercerai.

Selama Soekirah sakit, Soeharto dibesarkan oleh Mbah Kromodirjo yang masih memiliki hubungan dengan Kertoredjo. Seiring kesehatan Soekirah yang membaik, dia kemudian berkenalan dan memutuskan untuk menikah dengan Purnomo. Kedua pasangan itu mengambil kembali Soeharto dari Mbah Kromo saat dia berusia tiga tahun.

4. Soeharto disekolahkan di Yogyakarta

Kertoredjo memiliki rencana untuk menitipkan Soeharto kepada adiknya, Ny. Prawiroharjo yang merupakan istri dari Menteri Pertahanan di Wuryantoro, dengan harapan pendidikan anaknya terjamin. Tanpa sepengetahuan Soekirah, Soeharto yang masih berusia delapan tahun “diculik” untuk sekolah di Yogyakarta. Kertoredjo terpaksa melakukan hal itu karena pasti tidak diizinkan oleh mantan istrinya.

Setahun kemudian, Soeharto dijemput oleh ayah tirinya ketika libur sekolah. Purnomo berjanji untuk mengantarkan kembali Soeharto ketika libur sekolah usai. Tapi, Soekirah tidak merelakan Soeharto untuk kembali ke Yogyakarta.

Beberapa bulan kemudian, Ny. Prawiroharjo mendatangi Soekirah langsung untuk meminta izin supaya Soeharto bisa melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Atas restu Soekirah, akhirnya dia mengizinkan Soeharto untuk tinggal bersama orang tua angkatnya.

5. Kebahagiaan mulai menghampiri hidup Soekirah

Bahtera rumah tangga Soekirah dengan Purnomo dipenuhi bahagia. Soekirah yang tumbuh di lingkungan sederhana tidak pernah merasa kekurangan. Dia bahkan memiliki dapur yang luas karena senang memasak bersama tetangganya, serta membagikannya kepada warga setelah bertani.

Di antara makanan yang sering dibagikan Soekirah adalah pondhoh atau sejenis nasi yang dicampur dengan kelapa muda, sayur lodeh gori, jantung pisang, oseng daun kates, dan oseng lombok hijau. Meski saat itu harga bahan pokok terbilang mahal, namun Soekirah akan merasa malu jika dia hanya menyajikan minuman tawar dan makanan seadanya kepada semua orang yang membantunya.

Dia akan sangat marah jika anak-anaknya tidak menghabiskan makanan yang mereka ambil sendiri. Ini merupakan kepercayaan masyarakat Jawa akan hukuman Dewi Sri, yaitu paceklik panjang bagi mereka yang suka menyia-nyiakan makanan.

6. Meninggal dunia pada 1946

Soekirah tumbuh sebagai ibu yang “tahan banting”. Sayangnya, dia tidak bisa menyaksikan betapa anak-anaknya tumbuh menjadi sosok yang berguna bagi bangsa dan negara karena penyakit yang dideritanya. Dia akhirnya meninggal pada 1946, saat usia 43 tahun dan dimakamkan di Gunung Pule.

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Komandan Batalyon Yogyakarta selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi ibunya selepas kerja. Namun, Soeharto tidak berada di sisi sang ibu ketika Soekirah mengembuskan napas terakhirnya. Kala itu Soeharto sedang ditugaskan di Kendal.

Sementara, ayahnya meninggal pada 1949. Saat itu, Belanda mencari jejak Soeharto yang merupakan pimpinan pasukan gerilya Yogyakarta. Setibanya di Desa Kemusuk, Belanda membakar seluruh rumah. Salah satu rakyat yang gugur adalah Purnomo karena ditembak oleh pasukan Belanda.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

admin wargabicara

admin wargabicara

Related Posts

Ditjen Hubdat Aan Suhanan
Suara Warga

Sukseskan Proyek BRT Mebidang, Pemerintah Sumut Siapkan Langkah Strategis”

17 Oktober 2025
Berita Terbaru! PSSI Deadline Cari Pelatih Baru Timnas, Kapal Garuda Butuh Nakhoda Cepat!
Suara Warga

Berita Terbaru! PSSI Deadline Cari Pelatih Baru Timnas, Kapal Garuda Butuh Nakhoda Cepat!

17 Oktober 2025
Ahmad Sahroni raih gelar Doktor Ilmu Hukum S3
Suara Warga

Kelulusan S3 Gelar Doktor Ilmu Hukum Ahmad Sahroni, Jadi Sorotan Warganet

16 Oktober 2025
Next Post
Tanpa Ponsel dan Listrik, Perjuangan Siswa Yatim untuk Belajar Online Ini Bikin Kapolres Siak Terenyuh

Tanpa Ponsel dan Listrik, Perjuangan Siswa Yatim untuk Belajar Online Ini Bikin Kapolres Siak Terenyuh

Siap-siap! PNS Kategori Ini Bakal Dipindah ke Desa

Siap-siap! PNS Kategori Ini Bakal Dipindah ke Desa

Leher Kaku dan Kepala Pusing, Apakah Saya Mengalami Gejala Meningitis?

Leher Kaku dan Kepala Pusing, Apakah Saya Mengalami Gejala Meningitis?

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Login
Notify of
guest

guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Recommended

Kemenparekraf Promosikan Wisata Budaya Yogyakarta ke Pasar Jerman

Kemenparekraf Promosikan Wisata Budaya Yogyakarta ke Pasar Jerman

5 tahun ago
Banyaknya Aduan Pelayanan Publik, Bukti Dukungan Masyarakat untuk Perbaikan

Banyaknya Aduan Pelayanan Publik, Bukti Dukungan Masyarakat untuk Perbaikan

3 tahun ago
Professor Ngabalin, bersama Vice Presiden Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan Prof. Kwon, Sun-Hee, Ph . D

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin Tegaskan MUI Harus Berdiri di Tengah: Menuntun, Bukan Menonton

3 bulan ago
Kakorlantas Polri Siapkan Langkah Strategis Jaga Kelancaran Arus Mudik Nataru 2024

Kakorlantas Polri Siapkan Langkah Strategis Jaga Kelancaran Arus Mudik Nataru 2024

10 bulan ago

Categories

  • Bansos
  • Beranda
  • Berita Daerah
  • Berita Daerah
  • Culture
  • Hot News
  • Humas.polri.go.id
  • jaga negeri
  • Kamtibmas
  • Keluhan Warga
  • Narasi Ahli
  • Para Ahli
  • Pelayanan Publik
  • Sports
  • Suara Warga
  • Travel
  • Trending no.1 Media Sosial.

Topics

APIC Arus Mudik Bansos Berita Berita Jawa Tengah Berita Terkini Bisnis Covid-19 DIVHUMAS DKI Jakarta DPR Ekonomi Gaza Health Info Indonesia Internasional Islam Israel Jawa Barat Jawa Tengah - DIY Jokowi Kakorlantas Kakorlantas Polri Keluhan Warga Korlantas Korlantas Polri KPK Mal Pelayanan Publik Megapolitan MPP Nataru News Pelayanan Publik Pemerintah Peristiwa Polisi Polri Prabowo Subianto Presiden Prabowo Subianto SILANCAR SPMB Suara Warga Sumatera Timnas Indonesia TNI
No Result
View All Result

Highlights

Kelulusan S3 Gelar Doktor Ilmu Hukum Ahmad Sahroni, Jadi Sorotan Warganet

Menteri Keuangan Luncurkan Layanan Pengaduan Pajak dan Bea Cukai via WhatsApp

Kabar Baik dari Mesir: Prabowo Beberkan Gencatan Senjata Gaza Berjalan, Pasukan Israel Segera Ditarik

Krisdayanti Siap Wakili Indonesia di Kejuaraan Wushu Internasional China

Giwangan Siap Layani Jutaan Penumpang Nataru, Dirjen Hubdat: Semua Bus Lolos Rampcheck

Irjen Agus Suryonugroho Pasang Target: ISDC Indonesia Harus Kalahkan Negara ASEAN

Trending

Ditjen Hubdat Aan Suhanan
Suara Warga

Sukseskan Proyek BRT Mebidang, Pemerintah Sumut Siapkan Langkah Strategis”

by Geralda Talitha
17 Oktober 2025
0

Wargabicara.com - Sebagai upaya menyukseskan program pengembangan sistem transportasi massal perkotaan di wilayah Mebidang (Medan - Binjai...

Menkeu Purbaya tolak bayar utang Whoosh

Tegas! Menkeu Purbaya Tolak Bayar Utang Whoosh Pakai APBN

17 Oktober 2025
Berita Terbaru! PSSI Deadline Cari Pelatih Baru Timnas, Kapal Garuda Butuh Nakhoda Cepat!

Berita Terbaru! PSSI Deadline Cari Pelatih Baru Timnas, Kapal Garuda Butuh Nakhoda Cepat!

17 Oktober 2025
Ahmad Sahroni raih gelar Doktor Ilmu Hukum S3

Kelulusan S3 Gelar Doktor Ilmu Hukum Ahmad Sahroni, Jadi Sorotan Warganet

16 Oktober 2025
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa

Menteri Keuangan Luncurkan Layanan Pengaduan Pajak dan Bea Cukai via WhatsApp

16 Oktober 2025
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

© Copyright Wargabicara Team All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Para Ahli
  • Berita Daerah
  • Pelayanan Publik
  • Keluhan Warga

© Copyright Wargabicara Team All Rights Reserved

wpDiscuz