Ratusan Warga Lereng Merapi Magelang Kembali Mengungsi

Kabupaten Magelang

Warga di lereng Gunung Merapi, Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali ke lokasi pengungsian. Sebelumnya, mereka sudah sempat mengungsi ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Mertoyudan namun memutuskan kembali ke rumah.

“Ya dari Jumat (1/1) pagi pengungsi Babadan 2 yang ngungsi di pengungsian Mertoyudan ini pulang cuma sementara. Akhirnya BPPTKG nyuruh pulang lagi ke pengungsian Mertoyudan ini karena ada peningkatan Gunung Merapi yang signifikan,” kata Kepala Desa Paten, Sutarno, kepada wartawan di TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kamis (7/1/2021).

Kedatangan ratusan pengungsi dari Dusun Babadan 2 menuju lokasi pengungsian di tempat evakuasi akhir (TEA) Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, merupakan kloter terakhir. Mereka ini sempat pulang menuju rumahnya selama 6 hari, kemudian kembali lagi ke lokasi pengungsian.

Pengungsi dari Dusun Babadan 2 ini tiba di TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, sekitar pukul 14.52 WIB tadi. Warga kemudian menjalani rapid test yang dilakukan tim dari Puskesmas Mertoyudan 1.

Sutarno menjelaskan, pengungsi ini berasal dari kelompok rentan dan pendamping jumlahnya sekitar 200 orang.

“Kurang lebih 200-an jiwa, tapi update yang valid nanti biar kordes menyampaikan. Peningkatan itu karena adanya deformasi yang tiap harinya tambah 21 cm,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang, Gunawan Imam Suroso, mengatakan saat status Gunung Merapi naik dari Waspada ke Siaga, warga kelompok rentan empat desa yang terdiri 11 dusun mengungsi tersebar di sembilan titik.

“Akhir Desember sempat pada kembali ke kampung halaman karena mungkin jenuh juga ingin tilik omah (nengok rumah) sehingga kita tidak bisa menghalangi. Dengan terjadinya peningkatan aktivitas Merapi, semua pengungsi diharapkan kembali ke TEA masing-masing. Babadan 2 ini kloter terakhir istilahnya. Kembali mengungsi di TEA berarti seluruh empat desa dan 11 dusun sudah kembali ke pengungsian,” kata Gunawan, hari ini.

Menurutnya, jumlah pengungsi sempat naik turun. Karena ada pengungsi yang minta ditemani pendamping.

“Awal pengungsian empat desa 11 dusun itu mencapai 838 jiwa. Di perjalanan ada yang sebagai pendamping itu istilahnya wira-wiri. Sampai di perkembangannya turun ada yang kembali tidak ke TEA lagi. Jadi 509 itu data kemarin, Babadan 2 belum masuk,” katanya.

“Sekali lagi jumlah pengungsi itu naik turun karena tidak murni kaum rentan. Ada yang juga pendamping. Ada juga disabilitas, ada juga yang lansia yang hanya mau didampingi oleh keluarga,” imbuhnya.

Sementara itu, saat terjadi guguran lava pijar Merapi, Sutarno menyebut warga di Babadan tidak melihatnya secara langsung. Saat kejadian, warga hanya mendengar suara gemuruh.

“Kalau dari Babadan sendiri tidak kelihatan karena lava pijarnya ke arah barat daya, tapi cuma kedengaran gemuruhnya,” ujarnya.

(rih/rih)

Exit mobile version