World Class Standard Untuk Pendidikan Polri Demokratisasi Pendidikan di Polri

Jakarta. 29/1/2021.  Salah satu program unggulan Kapolri Jendral (P). Listyo Sigit Prabowo adalah upaya mewujudkan SDM yang unggul pada sektor Pendidikan khusus AKPOL, STIK PTIK, SESPIMMEN dan SESPIMTI. Baginya standard Pendidikan internasional berkelas dunia (World Class Standard) perlu diterapkan walau sebelumnya perlu pembenahan 8 standar Pendidikan nasional. Tentu saja ini merupakan pekerjaan rumah bagi Lemdikpol dalam upaya menerjemahkan program unggulan Kapolri baru. Intinya adalah perlu ada perombakan besar-besaran pada kurikulum dan pola ajar mengajar di Lembaga Pendidikan Polri.

Penguatan pada kurikulum berbasis teknologi 4.0 dan perombakan sarana dan prasarana menuju world class merupakan tujuan yang hendak dicapai guna menciptakan SDM Polri yang unggul dan bisa bertarung dikancang dunia. Tak heran maka peningkatan kompetensi berbahasa asing terutama Inggris menjadi fokus pada pengembangan serius World Class Standard. Perlu adanya praktik langsung lapangan dan studi kasus terbaru dan riil di lapangan merupakan penekanan penguatan SDM Polri.

Pola ajar mengajar lawas seperti menggurui dan bersifat indoktrinasi perlu dibuang jauh karena tidak akan ada ruang kebebasan akademik sehingga menumpulkan kreativitas berpikir peserta didik. Oleh sebab itu pola demokratisasi Pendidikan sesungguhnya di Polri sangatlah mendesak dan ini ditangkap oleh Kapolri Jenderal (Pol.) Listyo Sigit Prabowo. Pernyataan menghilangkan indoktrinasi dalam Pendidikan tertuang langsung dalam sambutan Commander Wish-nya yang dibacakan pada 27/1/2021 lalu.

“Menurut saya memang sudah sewajarnya Polri menyejajarkan Pendidikan tingginya dengan standar internasional karena hampir semua perguruan tinggi sudah melakukan itu. Menurut saya ini buka ide baru melainkan modifikasi dari program yang sudah-sudah,”kata seorang pengajar di STIK PTIK yang tidak mau disebutkan namanya. Bila serius mau membuat World Class Standar baginya harus ada Kerjasama Pendidikan Polri ini dengan pihak luar negeri dengan melakukan kerjasama pertukaran pengajar dan mahasiswa tiap semester. Hal ini akan meningkatkan kualitas pengajar dan berimbas langsung kepada siswanya yang bakal menjadi cikal bakal pimpinan puncak Polri.

Demikian juga dengan sarana dan prasaran di bidang Pendidikan Polri yang terkesan amsih jauh dari memadai. Misalnya tidak adanya laboratorium-laboratorium khusus bidang kerja Polisi. Seperti laboratorium Bahasa, Public Speaking dan ruang teater, dll. Tak heran kebanyakan siswa akhirnya menggunakan fasilitas di luar kampus dan ini cukup menyulitkan dan menghambat peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang mereka miliki. (Pris)

Exit mobile version