Harga BBM Turun Lagi, Tapi Pertamax dan Pertalite Tidak, Kenapa Ya?

WARGABICARA.COM – PT Pertamina (Persero) dan juga badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) swasta resmi menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi untuk periode Januari 2023 ini.

Mulanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) BP-AKR dan PT Vivo Energy Indonesia telah menurunkan harga BBM non subsidi pada 1 Januari 2023. Lalu, disusul Pertamina kemarin, Selasa (03/01/2023). Terakhir, Shell Indonesia ikut menyusul menurunkan harga jual BBM-nya pada hari ini, Rabu (04/01/2023).

Pertamina misalnya, telah resmi menurunkan harga BBM non subsidi jenis Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite dan Pertamina Dex.

Harga BBM Pertamax turun Rp 1.100 per liter menjadi Rp 12.800 per liter dari sebelumnya Rp 13.900 per liter pada periode Desember 2022.

Sementara untuk Pertamax Turbo turun Rp 1.150 per liter menjadi Rp 14.050 per liter, dari sebelumnya Rp 15.200 per liter.

Adapun untuk produk Dexlite kini dibanderol Rp 16.150 per liter, turun Rp 2.150 per liter dari sebelumnya Rp 18.300 per liter. Dan Pertamina Dex kini dibanderol Rp 16.750 per liter, turun Rp 2.050 per liter dari sebelumnya Rp 18.800 per liter.

Namun demikian, harga Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) berupa Pertalite (RON 90) dan Solar subsidi tidak mengalami perubahan, hingga saat ini masih bertahan masing-masing di harga Rp 10.000 dan Rp 6.800 per liter.

Padahal, harga BBM non subsidi, Pertamax misalnya, setidaknya sudah turun dua kali sejak Oktober 2022 lalu. Pada 1 Oktober 2022, harga BBM Pertamax turun Rp 600 per liter menjadi Rp 13.900 per liter dari sebelumnya Rp 14.500 per liter.

Lalu, Selasa, 3 Januari 2023, harga Pertamax kembali turun sebesar Rp 1.100 per liter menjadi Rp 12.800 per liter dari sebelumnya Rp 13.900 per liter.

Mengapa harga bensin Pertalite tidak ikut diturunkan, seperti halnya Pertamax dan BBM non subsidi lainnya?

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, harga BBM Pertalite dan juga Solar subsidi belum diturunkan karena pada dasarnya sampai saat ini harga jualnya tersebut masih lebih rendah dibandingkan harga keekonomiannya. Pemerintah masih memberikan subsidi pada BBM Pertalite dan juga Solar subsidi.

Erick menyebut, harga keekonomian Pertalite kini masih sebesar Rp 11.100 per liter. Artinya, pemerintah masih memberikan subsidi sebesar Rp 1.100 per liter untuk setiap penjualan BBM Pertalite.

“Ini tentu berbeda dengan BBM non subsidi yang mengikuti tren harga pasar dan harga minyak mentah dunia. Untuk Pertalite dan Solar subsidi pemerintah tetap berkomitmen untuk memberikan subsidi sehingga harganya tidak berubah,” ungkap Erick di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (3/1/2023).

“Catatan penting juga BBM yang dibantu pemerintah seperti Pertalite itu yang harga dunianya masih tinggi, harga jual kita masih Rp 10 ribu/liter, itu masih dibantu pemerintah Rp 1.100 rupiah. Jadi luar biasa pemerintah ini membantu masyarakat,” lanjutnya.

Sebagai perbandingan, harga BBM setara Pertalite atau bensin dengan nilai oktan (RON) 90 yang dijual SPBU swasta saat ini juga masih di atas Rp 11.000 per liter.

SPBU Vivo misalnya, per 1 Januari 2023 membanderol BBM Revvo 90 sebesar Rp 11.800 per liter. Sementara SPBU BP menjual BP 90 pada harga yang lebih tinggi lagi yakni Rp 12.940 per liter.

Apakah kemungkinan harga BBM Pertalite ini juga akan ikut diturunkan ke depannya?

Kepala BKF Febrio N. Kacaribu menegaskan bahwa untuk BBM subsidi sangat tergantung pada harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP), kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan juga volume pemakaian BBM kedua jenis tersebut.

“BBM subsidi ini akan sangat tergantung pada ICP kita, kursnya dan volume. Khususnya kita melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi terus menguat, tentunya permintaan akan meningkat, sehingga pemerintah berupaya melihat di satu sisi menjaga arah reformasi supaya tetap sasaran,” ungkap Febrio dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (3/1/2023).

“Di tahun 2022, pemerintah memosisikan APBN sebagai shock absorber dan masih akan melakukan perannya untuk antisipasi ketidakpastian tahun 2023. Artinya, anggaran APBN subsidi energi dalam hal antisipasi. Jadi pemerintah akan terus memantau perkembangan harga walaupun sekarang (harga minyak mentah) masih cukup tinggi,” lanjutnya.

Perlu diketahui, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada bulan Desember 2022 ambrol menjadi US$ 76,66 per barel dari US$ 87,50 per barel pada November 2022.

“Harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Desember 2022 ditetapkan sebesar US$76,66 per barel,” demikian bunyi Kepmen ESDM Nomor 2.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Desember 2022 yang ditetapkan tanggal 2 Januari 2023.

Dikutip dari Executive Summary Tim Harga Minyak Indonesia, beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain Kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global yang diindikasikan oleh: Federal Reserve AS melanjutkan kebijakan peningkatan suku bunga untuk mengatasi inflasi serta Bank Sentral Eropa memutuskan untuk meningkatkan suku bunga di pertengahan Desember 2022.

Baca Juga: Warga Isolasi Mandiri di Samarinda Mengeluh Susah Dapat Oksigen

Exit mobile version