JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menolak ide ini. Ia menolak keras penggunaan uang negara untuk melunasi utang Whoosh. Whoosh adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Menkeu Purbaya menilai ide itu sangat tidak masuk akal. Whoosh kini sudah dikelola oleh BUMN.
Purbaya Nilai Kebijakan Itu Lucu
Purbaya menyampaikan penolakan ini secara terbuka. Ia berbicara usai sidak di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (13/10/2025). Penolakan ini ada hubungannya dengan peran Danantara.
Danantara adalah Badan Pengelola Investasi (BPI) BUMN. Mereka sudah mendapat dividen yang sangat besar.
“Danantara sudah ngambil Rp80 triliun lebih dividen dari BUMN,” kata Purbaya. Karena itu, mereka seharusnya mengelola utang dari uang itu.
Menkeu menjelaskan masalah logikanya. “Kalau pakai APBN agak lucu,” tegasnya. Ia menambahkan, untungnya ke BUMN. Sementara susahnya malah dibebankan ke APBN. Oleh sebab itu, Danantara harus bertanggung jawab penuh.
Beban Utang Whoosh Capai Rp116 Triliun
Proyek Whoosh memang punya beban investasi besar. Nilai totalnya mencapai US$7,2 miliar. Angka ini setara Rp116,54 triliun.
Sebagian besar dana itu, tepatnya 75 persen, berasal dari pinjaman bank China. Utang ini membebani PT KAI sebagai operator.
Untuk mengatasi utang ini, Danantara sudah menyiapkan rencana. Danantara punya dua solusi utama.
- Mereka bisa menyuntikkan dana ke PT KAI.
- Mereka juga bisa mengambil alih infrastruktur Whoosh.
Jadi, BUMN wajib mencari jalan keluar sendiri. Pemerintah ingin BUMN menyelesaikan masalah tanpa memakai dana negara.