Cnnindonesia.com – Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyatakan 67 persen responden merasa keberatan dengan pembiayaan untuk belajar via internet atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
“Di antara warga yang mempunyai anggota keluarga sekolah atau kuliah online, mayoritas atau 67 persen merasa sangat atau cukup berat membiayai sekolah atau kuliah online,” kata Manager Kebijakan Publik SMRC, Tati D Wardi dalam konferensi video, Selasa (18/8).
Jika dirinci, sebanyak 50 persen responden menjawab cukup berat, 17 persen merasa sangat keberatan dan 6 persen tidak keberatan. Ada 1 persen responden lainnya yang tidak menjawab.
Dilihat dari demografi, kalangan yang paling kebaratan adalah kelompok perempuan, warga pedesaan, berpendidikan rendah, dan mayoritas di Maluku dan Papua. Kelompok ini juga merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang jauh lebih buruk dibanding sebelum wabah Covid-19.
Dari survei yang sama, sekitar 47 persen responden mengaku selama ini mengeluarkan biaya internet lebih dari Rp100 ribu per bulan untuk digunakan belajar atau kuliah via internet.
Survei SMRC juga menyatakan 92 persen pelajar yang menjalani pembelajaran via internet mengaku mengalami banyak masalah.
“Sebanyak 92 persen mengaku sangat atau cukup banyak masalah yang mengganggu dengan belajar daring itu,” ucap Tati.
Apabila dirinci, sebanyak 25 persen responden mengaku ada sangat banyak masalah. Kemudian ada 8 persen yang merasa hanya ada sedikit masalah pembelajaran via internet.
Dari survei itu juga, ada 13 persen siswa atau mahasiswa yang tidak mengikuti pembelajaran secara online selama pandemi Covid-19.
Survei SMRC dilakukan sepanjang 5-8 Agustus 2020. Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.
Wawancara dilakukan terhadap 2.201 responden dari seluruh wilayah Indonesia menggunakan sambungan telepon.