Republika.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan jajarannya agar bekerja keras memulihkan kondisi ekonomi di tengah pandemi covid-19 saat ini. Ia mengingatkan agar pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini tak berada pada posisi minus sehingga akan menyebabkan terjadinya resesi.
Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur menghadapi pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/9). “Kuartal kedua kita sudah pada posisi minus 5,3 persen. Sudah minus. Untuk itu untuk kuartal ketiga yang kita ini masih punya waktu 1 bulan yaitu Juli, Agustus, September, kita masih punya kesempatan di bulan September ini. Kalau kita masih berada pada posisi minus artinya kita masuk ke resesi,” ujar Jokowi.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Presiden kembali meminta agar belanja daerah baik belanja barang, belanja modal, maupun penyaluran bantuan sosial dipercepat. Sehingga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat dan memulihkan kondisi ekonomi di daerah.
Berdasarkan data per 27 Agustus 2020, rata-rata nasional belanja untuk APBD provinsi masih sebesar 44,74 persen dan belanja kabupaten/kota sebesar 48,8 persen. Jokowi pun meminta tiap kepala daerah agar melihat kembali realisasi penyerapan anggaran di daerahnya.
“Hati-hati mengenai ini. Ini angkanya saya kira bisa kita lihat belanja untuk barang dan jasa realisasinya sudah berapa, untuk belanja modal berapa, untuk belanja bansos berapa,” tambah Jokowi.
Ia mencontohkan, penyerapan anggaran untuk belanja barang dan jasa di DKI Jakarta sudah tinggi yang mencapai 78 persen. Begitu juga dengan belanja modal yang sudah mencapai 92 persen. Jokowi pun mengaku akan terus mengawasi realisasi penyerapan APBD di tiap-tiap daerah.
“Saya kira yang lain-lain tolong terutama yang berada di angka-angka masih 15, masih 10 apalagi yang bansos masih nol betul-betul dilihat dengan angka-angka ini,” kata dia.
Lebih lanjut, ia menyebut pertumbuhan ekonomi tertinggi saat ini yakni ada di Papua yang sebesar 4,52 persen dan Papua Barat 0,53 persen. Sedangkan tiga provinsi yang pertumbuhan ekonominya mengalami minus cukup besar yakni Bali pada posisi minus 10,98 persen, DKI Jakarta pada posisi minus 8,22 persen, dan juga DIY yang minus 6,74 persen.
“Ini karena memang turis wisata itu betul-betul sangat mendominasi ekonomi di Bali sehingga kelihatan sekali pertumbuhan ekonomi di Bali berkontraksi begitu sangat tajam,” jelas Jokowi.