Tantangan Bisnis Startup: Belum Ada Regulasi hingga Ekosistem Digital

News.detik.com – Banyak startup-startup unik dan kreatif bermunculan di masa pandemi Corona. Namun, belum adanya regulasi dan ekosistem yang jelas menjadi kendala dan tantangan yang dihadapi oleh startup-startup ini.

Kondisi tersebut menjadi perhatian tiga startup yakni The Nextdev, Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI, dan Startup Digital Indonesia. Ketiga berdiskusi dalam Talk Show Pahlawan Digital UMKM bertajuk ‘Ciptakan Ekosistem Inovator Digital Bantu UMKM Naik Kelas’ pada Sabtu (5/9/2020).

Kemunculan startup ini menghadapi kendala dan tantangan. Kendala dan tantangan itu mulai dari belum ada regulasi yang mengatur secara spesifik terkait startup hingga ekosistem digital untuk menghubungkan masing-masing startup dengan pengguna atau investor. Hal inilah yang memunculkan keraguan dibenak inovator muda yang ingin berkontribusi lebih untuk membantu Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM).

Dalam diskusi itu, The Nextdev menceritakan kiprahnya dalam membangun ekosistem digital untuk membantu startup naik kelas. Ia menyebut di Indonesia masih banyak orang yang baru memulai usaha namun start kurang kompetitif dari sisi
penggunaan teknologi digitalnya.

“Sebab, tujuan akhir dari sebuah startup itu bisa jadi macam-macam,” ujar Lead of Innovation and Partnership The Nextdev, Gita Pratama Putra.

Ia mengatakan, saat ini dari sisi ekosistem digital masih ada masalah terkait akses dan ketidakmerataan penggunaan teknologi di Indonesia. Demikian pula dengan akses terhadap infrastruktur, fasilitas, maupun akses terhadap mentor-mentor yang bagus.

The Nextdev mengaku membantu para entrepreneur, startup, UMKM membuat ekosistem digital agar mereka naik ke level berikutnya. The Nextdev juga membantu mereka untuk lebih dikenal lagi di level nasional maupun internasional. Untuk itu, menurutnya, saat ini memang dibutuhkan ekosistem yang membuat para startup ini bisa sinergi yang selaras.

“Kita butuh ekosistem yang membuka ruang untuk kolaborasi dan akses yang terbuka. Memang kedengarannya utopis, tapi itulah yang kita butuhkan,” ujarnya.

Selain itu, Gita menyorot soal regulasi. Menurutnya, regulasi pemerintah tentu juga akan sangat membantu bagaimana para startup ini bisa hidup dalam ekosistem tersebut.

“Ketika ekosistem ini berjalan, saya yakin setelah resesi ini pertumbuhan ekonomi kita bisa meroket,” ujarnya.

Sementara itu, Executive Committee Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI), Firdaus Putra menilai kendala terjalinnya koneksi antar startup tak melulu soal dilibatkannya peran pemerintah. Ia menyebut kendala lain yakni terkait mental pemiliknya yang belum tahan banting. Apalagi tema startup inkubasi saat ini memang masih menyasar kaum muda.

“Akhirnya yang muncul di benak mereka adalah coba-coba atau iseng-iseng berhadiah. Jika menang saya eksis, jika tidak ya sudahlah. Kadang mental milineal kita itu masih kurang kuat. Baru ditolak sekali, sudah lembek. Konflik sedikit, sudah menyerah. Ini soal sikap,” kata Firdaus.

Menurut Firdaus, sifat itulah yang membedakan entrepreneur muda Indonesia dengan entrepreneur muda luar negeri negeri. Inovator muda di luar negeri kerap berusaha mati- matian untuk membesarkan usaha mereka.

“Soal teknologi itu masih bisa ditransformasi dan dipelajari, namun mentalitas itu perlu dibangun. Dengan begitu, kaum muda kita akan mati-matian berjuang mengembangkan perusahaannya,” tuturnya.

Selain itu, Putri Tanjung berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi & UKM dan Sekretariat Kabinet membuat kegiatan workshop dan talkshow “Pahlawan Digital UMKM”. Kegiatan itu bertujuan sebagai apresiasi kepada para Pahlawan Digital UMKM dan menjaring lebih banyak lagi inovator muda,

Sehingga, akan lebih banyak lagi tech start up, SaaS, dan gerakan sosial yang membantu UMKM terdigitalisasi. Program ini juga memberikan pelatihan kepada para inovator muda untuk bisa lebih berdaya, serta memberi apresiasi kepada para inovator yang selama ini telah membantu UMKM.

Menurut Putri, kaum muda berperan penting dan dapat berkontribusi dalam pembangunan. Ia mengajak para inovator muda tersebut untuk bergabung dalam Pahlawan Digital UMKM.

Informasi terkait Pahlawan Digital UMKM bisa dipantau di akun Instagram @pahlawandigitalumkm, @kemenkopukm, dan @putri_tanjung.

Putri juga menyadari pentingnya peran inovator-inovator muda dalam memberdayakan UMKM di masa mendatang. “Mereka punya ide cemerlang untuk membantu UMKM. Kenapa kita tidak mencari lebih banyak lagi inovator-inovator muda untuk membantu lebih banyak lagi UMKM,” ucapnya.

Exit mobile version