Liputan6.com – Kementerian Koperasi dan UKM mendorong dan mendukung para pelaku UKM untuk memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Eropa yang semakin terbuka pasca pandemi COVID-19.
“Untuk meningkatkan nilai ekspor UKM ke Eropa diperlukan kerja sama dari berbagai pihak agar UKM tidak hanya sekadar dapat bertahan tapi juga mampu meningkatkan kualitas sehingga dapat bersaing di pasar global khususnya di pasar Eropa, terutama di masa pandemi COVID-19 ini yang membuat UMKM menjadi salah satu yang paling terdampak,” kata Deputi bidang Produksi dan Pemasaran KemenkopUKM Victoria Simanungkalit,dalam Seminar Online Peluang Bisnis Pasca-COVID-19, Selasa (22/9/2020).
Ia mengatakan, ekspor produk UKM ke berbagai negara saat ini semakin terbuka lebar. Victoria mencontohkan, pihaknya telah memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan ekspor UKM seperti yang telah dilakukan UKM di Bangka Belitung yang mengekspor Lidi Nipah ke Nepal, PLB E – commerce Marunda yang mengekspor 500 produk UKM ke PLB E – Commerce Ningbo di Tiongkok, serta dukungan kepada Sekolah Ekspor di SMESCO.
Kebijakan lain yang dilakukan pemerintah melalui KemenkopUKM diantaranya fasilitasi standardisasi global, pelibatan BUMN sebagai offtaker, Onboarding digitalisasi KUKM, fasilitasi promosi baik di dalam maupun luar negeri, hingga menjadikan SMESCO sebagai center of excellence.
Pemerintah mengapresiasi semua berbagai pihak salah satunya Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) melalui kegiatan Seminar Online Peluang Ekspor Bagi UKM Indonesia ke Eropa.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya edukasi dan promosi bagi UMKM untuk menciptakan pasar di negara-negara Eropa,” katanya.
Victoria menyebut hingga saat ini, terdapat lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi 97 persen terhadap total tenaga kerja dan 60 persrn PDB nasional. Angka ini menunjukan peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Namun demikian kontribusi ekspor UKM masih berkisar 14 persen sehingga perlu ditingkatkan.
Data Ekspor
Berdasarkan data BPS tahun 2019, ekspor Indonesia ke negara – negara Uni Eropa senilai USD 14,6 miliar, masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara – negara APEC (USD 122 miliar), ASEAN (USD 41,4 miliar), dan NAFTA (USD 19,6 miliar).
Kemudian, ekspor Indonesia Uni Eropa terbesar ke Belanda dengan nilai USD 3,20 miliar; Jerman USD 2,4 miliar; Italia USD 1,74 miliar; Spanyol USD 1,59 miliar; Inggris USD 1,35 miliar; Perancis USD 1,01 miliar; dan Belgia USD 1,07 miliar.
Sementara itu Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI)/Wakil Kepala Perwakilan RI di Brussel, Belgia, Sulaiman Syarif mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan UKM di Indonesia sebelum melakukan ekspor ke Eropa.
“UKM harus bisa menetapkan harga yang pasti, konsisten dan transparan,” kata Sulaiman.
Sulaiman menambahkan, UKM harus mampu menjaga konsistensi kualitas produk, kontinuitas volume dan produksi, serta representatif/kontak yang mudah untuk dihubungi.
“UKM juga harus memperhatikan terkait preferensi konsumen Uni Eropa untuk sustainability, fair trade, dan ethical trade,” pungkas Sulaiman.