Idntimes.com – Memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini, 2 Oktober 2020, nasib para pembatik di tengah pandemik COVID-19 menjadi sorotan.
Selama masa pandemik, pemerintah memberlakukan kebijakan social distancing atau jaga jarak dan menganjurkan masyarakat membatasi interaksi sosialnya. Hal ini berdampak pada seluruh sektor profesi, termasuk pembatik.
1. Pembatik mengeluh tak bisa bekerja tapi harus beli pulsa mahal untuk belajar daring anak
Pandemik yang tak kunjung usai ini membuat banyak rumah produksi batik di berbagai daerah, harus mengistirahatkan atau bahkan memberhentikan para pembatik. Terpaksa para pembatik harus mencari cara lain sementara waktu, dan terus menggali ide-ide dan gagasan kreatif agar bisa tetap bertahan hidup.
“Karena virus corona ini saya dan banyak pembatik lain dihentikan,” ujar seorang pembatik, Murtini.
Hal senada juga dikatakan oleh pembatik asal Yogyakarta, Tri Winarsih. Dia bercerita bagaimana pandemik membuat kegiatan sekolah terpaksa dilakukan secara daring dari rumah.
“Anak saya sekarang sekolah di rumah. Saya kurang mampu untuk membeli paket data karena harga untuk membeli pulsa mahal,” ujarnya.
2. Kisah semangat para pembatik tetap bertahan di tengah pandemik ditampilkan di kanal YouTube IndonesiaKaya
Namun, kondisi pandemik tidak membuat Murtini dan Tri menyerah begitu saja. Mereka masih memiliki semangat untuk bangkit agar bisa terus membatik dengan menerapkan protokol kesehatan.
Semangat Murtini, Tri Winarsih, dan banyak pembatik lainnya menjadi tema yang diangkat Bakti Budaya Djarum Foundation dalam peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. Kisah semangat mereka ditampilkan melalui video singkat yang ditayangkan melalui kanal YouTube IndonesiaKaya pada Jumat (2/10/2020).
Video tersebut menggambarkan betapa pandemik mengubah hidup para pembatik Tanah Air. Selama beberapa tahun terakhir, Bakti Budaya Djarum Foundation turut melakukan kampanye Hari Batik Nasional melalui media digital dengan kemasan kekinian, agar dapat diterima oleh generasi muda.
3. Pembatik dan harapan mereka di tengah pandemik
Dalam rangka Hari Batik Nasional, para pembatik juga mengungkapkan harapan mereka. Harapan sederhana mereka hanya ingin keadaan segera pulih seperti sedia kala, dan dapat kembali bertemu teman-teman untuk membatik bersama.
“Tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan, salah satunya bagi para pembatik yang harus menyesuaikan diri dan agar semangat mereka untuk terus berkarya tidak surut di masa pandemik ini,” ujar Renitasari Adrian, Program DIrector Bakti Budaya Djarum Foundation dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Jumat.
“Berbagai cara mereka lakukan untuk tetap bertahan dan menjadi refleksi bagi kita untuk terus mendukung para pembatik, dengan membeli produk-produk yang dihasilkan oleh para pembatik ini, agar ekonomi terus berputar dan bersama-sama kita dapat melalui masa pandemik ini,” lanjut dia.