Idntimes.com – Pandemik COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, sektor ekonomi juga cukup babak-belur. Founder OK OCE Indonesia Sandiga Uno memprediksi pertumbuhan ekonomi selepas pandemik COVID-19 akan dimulai dari kuartal ke-IV 2020.
“Tapi akan signifikan mulai dari awal 2021 pertengahan sampai akhir 2021,” kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu kepada IDN Times, Kamis (22/10/2020).
Sandiaga mengaku optimistis jika pemerintah bisa mengendalikan wabah pandemik COVID-19 ini jika program-program pemulihan ekonomi nasional bisa tereksekusi. Namun demikian, ia ungkap lima catatan agar ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat.
1. Kesehatan harus menjadi jadi fokus utama
Sandiaga tak memungkiri jika menurutnya Indonesia sudah dalam masa resesi. Ia menilai, kebijakan ekonomi belum efektif. Misalnya dalam sektor kesehatan, serapan anggaran yang menurutnya masih rendah, yaitu 21 persen atau 19 triliun dari pagu 87 triliun.
Menurutnya, dari total per sejuta populasi, Indonesia masih rendah angka testing, dibanding negara-negara yang sudah lebih fokus testing, contact tracing, dan treatment. Indonesia sebagai negara penduduk besar nomor 4 di dunia harus meningkatkan kapasitas testing dan dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.
“Kita harus dorong lebih banyak testing. Bukan hanya untuk menghentikan laju penyebaran virus corona ini, tapi testing untuk strategi pemulihan ekonomi, karena tanpa teratasinya masalah kesehatan, mustahil sektor ekonomi bisa recovery,” kata Sandiaga.
2. Realisasi PEN harus digenjot
Penyebaran pandemik COVID-19 yang kian memprihatinkan membuat Pemerintah menurut Sandiaga, harus genjot lagi komitmen stimulus yang sudah ditargetkan, sebab realisasi serapannya masih 40 sampai 50 persen dari Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Komitmen PEN total dari pagu yang hampir 700 triliun itu per 1 Oktober baru 300an yang tereksekusi, berarti harus lebih cepat dieksekusi terutama di sisi kesehatan, restorasi ekonomi keluarga, ekonomi rumah tangga, dan juga pemulihan UMKM,” ujar eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
3. Memberi paket likuiditas Rp50 juta per UMKM
Peran perbankan menurut Sandiaga harus menjadi intermediary, memediasi fasilitas-fasilitas likuiditas yang perlu disalurkan ke UMKM. Sebab, dari 64 juta pelaku UMKM baru 12 juta atau di bawah 20 persen yang berpotensi untuk dapat bantuan.
“Padahal UMKM ini perlunya likuiditas. Tambahan modal. Mungkin fasilitas Rp50 juta per UMKM sudah sangat berarti bagi mereka untuk menggerakkan roda usaha mereka dan rata-rata UMKM di sisi mikro dan ultra mikro jumlah lapangan kerja di atas Rp100 juta,” kata dia.
Padahal menurutnya, aktor pencipta lapangan kerja di Indonesia adalah sektor mikro dan ultra mikro. Oleh karena itu, perbankan harusnya memberikan bantuan fasilitas menopang daya tahan ekonomi bisnis selama pandemik kepada usaha mikro dan kepada UMKM secara menyeluruh.
“Separuh dari UMKM Indonesia dan ini mayoritas usaha kita dengan 64 juta unit usaha UMKM separuhnya sudah tutup. Jumlah pelaku usaha mikro yang dapat bantuan baru 6,63 juta orang dari total 64 juta,” kata Sandiaga.
4. Penguatan ekonomi domestik
Namun demikian, krisis ekonomi ini kata Sandiaga, melahirkan ‘the great reset’, tatanan ekonomi yang lebih terbuka transparan berkeadilan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah harus fokus lebih kepada penguatan ekonomi domestik dan tidak mengimpor barang-barang yang sebetulnya bisa Indonesia produksi.
“Kita terbuai dengan kesukaan kita kepada barang-barang merek asing padahal kita gak kalah memiliki produk-produk yang isinya menjadi kebanggaan buatan kita,” kata dia.
“Jadi itu yang menurut saya dari krisis ini, selama ini juga kita belum mencapai ketahanan pangan kedaulatan energi kita belum memprioritaskan kesehatan dan pembangunan manusia justru dengan digitalisasi ini yang terakselerasi oleh pandemik dan krisis ini kita akan mampu untuk mendapatkan pelajaran yang luar biasa,” sambungnya.
5. Kreativitas dan entrepreneurship perlu dilakukan
Selain itu, untuk mempercepat pemulihan ekonomi, diperlukan inovasi akselerasi kreativitas. Pertama, adalah melakukan perubahan pasar dan kehidupan sosial untuk merangsang cara berinovasi.
Lalu kedua, digitalisasi juga diperlukan, sebab menurut Sandiaga, kondisi pandemik ini jadi momen belajar lebih giat persiapkan diri menjelang revolusi industri 4.0.
Lalu ketiga, entrepreneurship, yakni dengan mengolah masalah di sekitar kita yang ditimbulkan oleh krisis menjadi potensi peluang, solusi, dan mulai usaha mencari solusi dengan memulai usaha sendiri.
“Yang keempat, amal, jadikan krisis ini sebagai ladang amal sosial. Kelima, ada literasi, manfaatkan beban permasalahan krisis ini untuk menumbuhkan otot problem solving kita,” ujarnya.