Hops.id – Akademisi sekaligus pengamat politik, Rocky Gerung mengkritisi penerapan demokrasi di Indonesia. Rocky mengatakan, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE yang disahkan pemerintahan SBY saat ini disalahgunakan pemerintahan Jokowi untuk memberangus hak berpendapat rakyat.
Pada saluran Youtube pribadinya, Rocky Gerung mengatakan, ada banyak pihak yang salah kaprah terkait penerapan UU ITE di Indonesia. Sebab, pada mulanya, UU ITE disahkan untuk menangkap penyelundupan transaksi uang secara elektronik, bukan untuk menangkap pihak-pihak yang tidak disenangi pemerintah seperti sekarang.
“Kan selalu dikatakan, UU ITE yang udah menelan banyak korban itu bikinan SBY. Ya, memang SBY yang bikin, tapi bukan untuk menangkap orang, kan? SBY bikin itu sebagai peralatan untuk nangkap penyelundupan transaksi keuangan secara elektronik. Nah, Jokowi pakai itu untuk bikin borgol,” ujar Rocky dikutip Senin, 26 Oktober 2020.
“Di situ letak lucunya. Jadi istana tak pernah bisa melihat asal-usul suatu peristiwa. Jadi, dianggap karena SBY bikin undang-undang ITE, maka kesalahannya terletak pada SBY,” sambungnya.
Diketahui, pernyataan Rocky tersebut merupakan responsnya terhadap sindiran komika kenamaan Tanah Air, Bintang Emon yang mengkritisi penerapan UU ITE di Indonesia. Kala itu, Bintang membuat video yang berisikan bagaimana cara mengomentari kinerja pemerintah di internet tanpa takut dikenai undang-undang tersebut.
Namun, Bintang Emon mampu menyampaikannya melalui cara humor dan satire kelas tinggi. Bahkan, Rocky Gerung beranggapan, pribadi seperti Bintang Emon cocok dijadikan juru bicara Kantor Staff Kepresidenan atau KSP.
“Saya bayangkan kalau juru bicara KSP itu IQ-nya kayak Bintang Emon. Itu publik bisa disapu dengan jokes, selesai. Orang menjadi tidak tegang. Jadi, kita perlu dorong Emon supaya bisa menjadi asisten khusus Pak Moeldoko di KSP,” tegasnya.
Rocky Gerung, UU ITE, dan kecerdasan publik berkomentar
Lebih jauh, Rocky Gerung menilai, kinerja pemerintah yang biasa-biasa saja menghadirkan satu sisi baik, yakni kemampuan publik menyampaikan komentar dengan pintar dan tajam. Salah satunya, seperti apa yang disampaikan Bintang Emon melalui media sosial.
“Kadang keadaan tertekan itu sering menimbulkan imajinasi. Justru pemerintah makin lama makin bengis secara fisik. Padahal sebenarnya, olok-olok itu sudah sama kemakrifatan. Olok-olok udah sampai makrifat, pemerintah masih ngurusin tingkat gorong-gorong.”