Berdasarkan data uji klinik di Bandung serta mempertimbangkan uji klinik di Brasil dan Turki, BPOM menyebut vaksin COVID-19 CoronaVac aman dengan efek samping ringan hingga sedang.
“Frekunesi efek samping derajat berat hanya sekitar 0,1 sampai satu persen. Efek samping tersebut tidak berbahaya bisa pulih kembali,” kata Penny.
Dalam pembentukan antibodi, vaksin Sinovac menunjukkan hasil yang baik. BPOM menggunakan data hasil pemantauan uji klinis di Indonesia dan mempertimbangkan uji klinis di Brasil dan Turki.
Vaksin CoronaVac telah menunjukkan kemampuan dalam membentuk antibodi di dalam tubuh dan menetralkan atau membunuh Virus Corona atau imunogenisitas yang dililhat dari uji klinik 1 dan 2 di Tiongkok pada penelitian selama pemantauan enam bulan. Lalu, hasil penelitian uji klinik di Bandung menunjukkan hasil yang baik
“14 hari sesudah penyuntikan dengan hasil seropositif atau kemampuan vaksin dalam membentuk antibodi sebesar 99,74 persen. Setelah tiga bulan setelah penyuntikan 99,23 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa sampai tiga bulan subjek penelitian masih memiliki antibodi yang tinggi,” kata Penny.
Sementara itu untuk hasil analisis khasiat atau efikasi dari uji klinis di Bandung sebesar 65,3 persen. Lalu, hasil efikasi di Turki 91,25 persen sementara di Brasil 78 persen.
“Hal tersebut sudah sesuai dengan persyaratan efikasi WHO yakni minimal efikasi adalah 50 persen,” kata Penny.
“Hasil efikasi vaksin sebesar 65,3 persen dari hasil uji klinis di Bandung menunjukkan harapan vaksin ini dapat menurunkan kejadian penyakit COVID-19 hingga 65,3 persen,” Penny menekankan.
Dalam pengambilan keputusan penggunaan darurat vaksin COVID-19 ini BPOM RI berdasarkan rapat pleno bersama beberapa pakar lain seperti Komnas Penilai Obat, ITAGI, ahli imunologi, ahli epidemiologi.