Honesti mengatakan, dari tiga juta dosis vaksin Covid-19 dalam bentuk barang jadi, 1,2 juta dosis di antaranya, sudah terdistribusi ke 34 provinsi. Sedangkan, sisanya yang 1,8 juta dosis sudah mulai dilakukan distribusi tahap dua pada minggu ini.
Untuk bahan baku, Bio Farma akan menerima sebanyak 140 juta dosis, yang akan diterima secara bertahap. Tahap pertama pengiriman bahan baku ini, sudah diterima Bio Farma sebanyak 15 juta dosis.
Terkait pendistribusian vaksin, Bio Farma bersama anggota PT Kimia Farma (Tbk) dan PT Indofarma (Tbk), sudah memiliki 48 cabang atau warehouse yang ada di seluruh Indonesia. Dalam sisi teknologi, Bio Farma sudah menyiapkan digital solution yang bersifat end-to-end mulai dari pabrik produksi, proses distribusi dan sampai di fasilitas kesehatan.
Adapun proses pendistribusian ini dapat di monitor real time di Command Center Holding BUMN Farmasi. Indonesia sendiri, membutuhkan vaksin Covid-19 untuk 181,5 juta penduduknya, atau setara dengan 426 juta dosis.
Untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan vaksin Covid-19 dari produsen, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Dari Permenkes tersebut, suplai vaksin akan didapat dari hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd dan Novovax. Keseluruhan vaksin Covid-19 tersebut, harus melaporkan hasil Uji Klinis 1 sampai dengan 3, dan mendapatkan EUA dari Badan POM.