Tedros menilai bahwa kesepakatan bilateral, larangan ekspor, nasionalisme vaksin, dan diplomasi vaksin, telah menyebabkan distorsi di pasar, dengan ketidakadilan yang besar dalam penawaran dan permintaan.
“Meningkatnya permintaan vaksin telah menyebabkan penundaan dalam mengamankan puluhan juta dosis yang diandalkan COVAX,” kata Tedros.
Dia mengatakan, COVAX membutuhkan 10 juta dosis sesegera mungkin sebagai langkah agar tidak terjadi jarak, sehingga 20 negara itu bisa memvaksinasi pekerja kesehatan dan lansia dalam dua pekan ke depan.
“Hari ini saya meminta negara dengan dosis vaksin yang memiliki Daftar Penggunaan Darurat WHO untuk menyumbangkan sebanyak mungkin dosis demi membantu kami memenuhi target tersebut,” katanya.
Ia juga meminta produsen membantu memastikan negara-negara tersebut dapat mendonasikan dosis vaksin dengan cepat. “Ada banyak negara yang mampu menyumbang dosis dengan sedikit gangguan pada rencana vaksinasi mereka sendiri.”
“10 juta dosis tidaklah banyak, dan itu tidak cukup, tetapi itu adalah permulaan. Kita akan membutuhkan ratusan juta lebih dosis dalam beberapa bulan mendatang.”
Pada kesempatan tersebut Tedros mengungkapkan bahwa ada empat vaksin lagi yang sedang dalam proses penilaian untuk daftar penggunaan darurat WHO. Ia berharap paling tidak ada satu di antaranya yang mendapat persetujuan pada akhir April.