Surabaya –
53 Kru KRI Nanggala-402 gugur di kedalaman 838 meter Perairan Utara Bali. Banyak pihak yang memberi perhatian kepada keluarga yang ditinggalkan. Pemkot Surabaya pun memberi penguatan dan pendampingan secara psikologis.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, penguatan dan pendampingan psikologis ini diberikan kepada istri, anak dan orang tua yang ditinggalkan kru KRI Nanggala-402. Pemkot menguatkan keluarga dengan cara mendatangi kediaman masing-masing.
“Kami menguatkan ke keluarga, ke istri diberi kekuatan secara psikologis mereka syok, psikologi memberikan penguatan. Untuk anak-anaknya juga, ada bapak, ibunya huga syok,” kata Antiek saat dihubungi detikcom, Selasa (27/4/2021).
Antiek menjelaskan, DP5A mendatangi rumah-rumah prajurit terbaik TNI AL yang gugur untuk melakukan konseling. Namun ada juga beberapa yang sudah diberikan penguatan dan pendampingan oleh pihak AL.
“Kita bertahap, kira-kira apa yang diinginkan, harapan beliau, masalah yang dihadapi. Dari Angkatan Laut juga sudah menerjunkan psikolognya. Jadi kita bersama-sama apa yang bisa kita bantu. Kita juga meninggalkan kontak kita, jika sewaktu-waktu diperlukan, mereka perlu konsultasi dan pendampingan, kita sangat terbuka,” jelasnya.
Ia mengatakan masing-masing keluarga memiliki keinginan dan harapan yang berbeda-beda. Salah satunya seperti istri kru yang ditinggalkan tidak bekerja dan berharap ada kesempatan. Pemkot juga memberi bantuan para istri untuk membuat usaha UMKM.
Untuk pendampingan kepada setiap keluarga, Antiek menyebut juga berbeda-beda. Baik dari istri maupun orang tuanya. “Macam-macam, masing-masing berbeda-beda. Ada yang dari awal orang tuanya mendukung kami memberikan penguatan kepada istrinya. Ada yang ibunya dikuatin, ada yang putranya, masing-masing kasus berbeda,” ujarnya.
Pendekatan yang sama juga dilakukan kepada sang anak. Psikolog dari Pemkot Surabaya memiliki kemampuan dan teknik masing-masing untuk menghibur dan mendampingi. Hal tersebut juga dilihat dari usia anak.
“Masing-masing dilihat anaknya, usia macam-macam. Pendekatannya berbeda dengan usia 3 atau 5 tahun dengan yang SMP atau kuliah dengan cara berbeda. Teman-teman melihat situasi dan kondisi dan dengan kemampuan keilmuan untuk melakukan konsultasi dan pendampingan,” urainya.
“Tetep diberi penguatan dan dihibur. Anak-anak diberi mainan. Berbagai cara-cara pendekatan dengan teman-teman profesional mengambil hati anak-anak,” pungkasnya.
Lihat Video: Keluarga Masih Berharap Kru KRI Nanggala-402 Selamat
(fat/fat)