Jakarta – Kapolri Jenderal Lisyo Sigit Prabowo bicara soal humor satire khas yang pernah dilontarkan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur soal polisi jujur di Indonesia. Dia mengaku optimistis masih banyak polisi yang berintegritas.
Sigit awalnya mengangkat cerita soal Halimah, petugas cleaning service Bandara Soekarno-Hatta, yang mengembalikan dompet dan cek Rp 35,9 miliar milik penumpang yang tercecer. Dia mengapresiasi kejujuran Halimah.
Mantan Kapolda Banten ini mengatakan apa yang dilakukan Halimah mengingatkan akan pentingnya integritas dan kejujuran dalam melaksanakan pekerjaan.
“Kali ini, dari seorang petugas cleaning service Bandara Soetta bernama Halimah. Kita diingatkan betapa berharganya kejujuran dan integritas dalam melaksanakan sebuah pekerjaan,” ujar Sigit.
Sigit menyebut Polri memiliki sosok Jenderal Hoegeng Imam Santoso, Kapolri ke-5 yang bertugas pada 1968-1971. Nama Hoegeng terkenal dengan kejujuran dan integritasnya dalam bertugas.
Namun, lanjut Sigit, humor satire Gus Dur itu menjadi pelecut semangatnya untuk mengubah citra Polri di masyarakat. Mantan Kabareskrim Polri ini optimistis itu bisa terwujud lewat konsep Presisi (prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan) yang terus digelorakannya. Sigit lantas menyinggung humor satire Gus Dur yang menyebut, ‘cuma ada 3 polisi jujur di Indonesia yakni patung polisi, polisi tidur dan Jenderal Hoegeng’. Menurut Sigit, ini seakan melegitimasi bahwa saat ini sangat sulit mencari polisi jujur dan berintegritas di Indonesia.
“Saya optimistis dapat mewujudkan hal tersebut karena saat ini masih banyak personel Polri yang memiliki sikap teladan dan benar-benar menjalankan tugasnya sebagai pengayom rakyat,” ujar Sigit.
Sigit kemudian menyebut beberapa dari sekian banyak personel Polri yang memiliki kejujuran dan integritas serta memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat melebihi panggilan tugasnya.
Ada Aipda Muji di Balikpapan yang menemukan dan mengembalikan tas berisi uang Rp 48 juta ke pemiliknya tanpa mau menerima imbalan. Ada juga Aiptu Jailani di Gresik, yang dikenal tegas dan antisuap terhadap pelanggar lalu lintas.
Ada pula Brigadir Suladi di Malang yang lebih memilih jadi pengepul sampah untuk mendapat penghasilan tambahan daripada menerima suap. Ada Bripka Ali Nur Suwandi di Yogyakarta yang mendirikan rumah singgah, masjid dan pesantren Tahfiz Al-Qur’an gratis bagi anak yatim dan kurang mampu. Dia juga aktif membina pemulung dan keluarga napiter di Yogyakarta.
Ada Brigadir Piether Paembonan di Mamuju, yang menyekolahkan 178 anak putus sekolah. Sementara itu, di Bali ada Aiptu I Nyoman Ardana yang mengumpulkan buku bekas dan membuat program Baca Keliling.
Selain itu, di Musi Banyuasin ada Bripka Chandra yang membantu mengajar di SDN Kepayang. Ada pula Iptu Khusnul Khotimah di Jakarta yang sukarela membantu pemulasaraan jenazah COVID-19.
“Di luar sana, saya yakin masih banyak figur anggota polri jujur dan berintegritas yang mampu menginspirasi personel lainnya,” ujar Sigit.
“Polri akan terus berbenah untuk menjadi Polri yang diharapkan dan dicintai masyarakat,” sambungnya.
Sumber : Detik