WARGABICARA.COM – Pemerintah terus melakukan berbagai upaya demi melakukan efisiensi dan percepatan pelayanan publik, salah satunya dengan mengintegrasikan data publik ke digital. Bagaimana caranya?
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas menyebut tengah berfokus mengembangkan empat ekosistem pelayanan publik yang terintegrasi. Dengan pengembangan ekosistem tersebut, pelayanan publik dapat lebih lincah dan mudah, masyarakat pun tak perlu mengantre lama di kantor seperti sebelumnya.
Pertama, dengan membentuk Mal Pelayanan Publik (MPP) dengan konsep direct service alias pelayanan langsung. Kedua, electronic service yang saat ini sudah dikembangkan dalam bentuk MPP Digital.
“Beberapa daerah telah cukup progresif untuk menuju ke tempat ini (MPP Digital),” kata Anas, dalam Rapat Kerja bersama Komisi II DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023).
Selanjutnya ekosistem ketiga, Anas menyebut ada pelayanan mandiri alias self service. Terakhir, mobile service atau pelayanan langsung dengan skema pelayanan keliling ke berbagai tempat.
Dalam mengembangkan MPP Digital, pihaknya telah melakukan percobaan Smart Kampung di Banyuwangi, bekerja sama dengan sejumlah pihak mulai dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Perum Peruri, hingga Lembaga National Single Window (LNSW). Harapannya, program ini bisa terus direplikasi dan diterapkan ke semakin banyak kabupaten/kota di Indonesia.
“MPP Digital ini targetnya Mei akan jalan di sedikitnya di 20 kab/kota, dan menuju ke 100 kab/kota yang selanjutnya terus dilakukan replikasi dari Smart Kampung yang ada di Banyuwangi,” imbuhnya.
Adapun MPP Digital ini merupakan pelayanan publik berbasis elektronik pemerintah daerah yang terintegrasi dalam satu aplikasi. Untuk fitur-fitur utamanya antara lain terkait dengan pengajuan permohonan pelayanan, tracking layanan, riwayat layanan, pengaduan layanan, profil pengguna, hingga notifikasi.
“Sekarang ini di berbagai daerah penduduk sedang melakukan face recognition, sekali saja, sehingga begitu melakukan face recognition data mereka sudah ada di data digital. Mereka tidak perlu lagi berulang kali mengisi data karena data mereka sudah direkam,” terangnya.
“Sehingga kalau mereka datang ke rumah sakit, secara bertahap, tidak perlu mengisi banyak aplikasi, cukup menggunakan ID yang mereka miliki, data-data tersebut akan keluar,” sambungnya.