Israel Bersiap untuk Serangan Darat, Warga Menyampaikan Update Terbaru

Wargabicara.com – Kelompok pejuang Palestina, Hamas, menyerbu wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023) lalu. Serangan itu difokuskan di wilayah Israel Selatan, yang berbatasan dengan basis kelompok itu, Gaza.

Empat hari setelah serangan, situasi di sekitar Selatan Israel masih tetap dalam pengawasan ketat. Jalan 232, yang merupakan jalan raya Israel, kini berfungsi sebagai batas de facto baru antara wilayah yang dikuasai oleh Israel dan Hamas.

Saat ini, jalur tersebut menjadi garis depan yang baru. Pada pagi Selasa, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa perimeter Israel dengan jalur tersebut akhirnya telah diamankan. Namun, pada tengah hari, keamanan tersebut tidak bertahan lama.

Serangan udara dan artileri terus terdengar, sementara tank Israel dan dua helikopter militer bergerak cepat di atas kepala. Para prajurit di pos pemeriksaan merasa cemas menyaksikan pergerakan di kejauhan. Asap hitam yang tebal membumbung di atas Gaza.

Di Kibbutz Re’im, di luar Jalan 232, tempat 260 peserta pesta rave pada malam Sabtu dibantai saat fajar. Para penyintas menceritakan bagaimana mereka berpura-pura mati di tengah mayat teman-teman mereka, menyaksikan perempuan diperkosa, sebelum akhirnya ditembak atau diikat dan dibakar.

Di pinggiran kibbutz, seluruh jenazah warga Israel telah dipindahkan, sementara jasad kelompok pejuang Hamas masih terlihat. Semua mayat Hamas diperiksa hingga pakaian dalam untuk mendeteksi bahan peledak. Jasad-jasad itu dikelilingi oleh tumpukan pakaian dan perlengkapan militer bertanda identitas militer berwarna hijau Hamas.

Situasi di Sderot juga tidak jauh lebih baik. Seorang warga bernama Katry Kamenetski, yang pindah ke Israel dari Moldova enam tahun lalu, tidak pernah menyukai tempat itu. Namun, setelah bersembunyi bersama putrinya selama empat hari, menyaksikan pertempuran di antara pasukan Israel dan kelompok bersenjata yang merebut kantor polisi di jalan, ia akhirnya bisa keluar pada hari Selasa, meskipun suara sirene serangan udara masih terdengar.

“Ada penembak jitu Israel di atap rumah kami, kami bisa mendengarnya. Listrik dan air terus padam. Kami duduk dalam kegelapan tanpa tahu apa yang sedang terjadi… Saya baru mengetahui gambaran lengkapnya hari ini,” katanya dikutip The Guardian, Rabu (11/10/2023).

Baca Juga : Janji Manis Anies Baswedan

“Kami mendapat pesan yang sangat kontradiktif. Kadang-kadang, WhatsApp atau media sosial pemerintah kota mengatakan tidak apa-apa untuk keluar, semuanya sudah berakhir, padahal belum. Mereka masih menemukan teroris dalam penggeledahan rumah.”

Di lokasi lain di pusat Sderot, terlihat jejak pertempuran sengit di jalan utama. Masih terlihat pemandangan kendaraan yang terbakar habis dan dipenuhi dengan bekas peluru.

Pada malam Senin, penduduk Israel mendapat peringatan dari Home Front untuk menyiapkan tempat perlindungan yang aman dan juga menyediakan cukup makanan, air, serta persediaan lainnya untuk bertahan selama 72 jam. Ini menjadi tanda yang jelas bahwa serangan darat ke Gaza akan segera dilancarkan.

“Ratusan ton bom telah dijatuhkan di Gaza. Penekanannya adalah pada kerusakan dan bukan pada akurasi,” tambah keterangan Juru bicara IDF Laksamana R Daniel Hagari.

Dalam situasi ini, timbul pertanyaan apakah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan memenuhi janjinya untuk “meratakan” wilayah Gaza, tempat tinggal bagi 2,3 juta warga sipil yang terjebak, ataukah memilih pendekatan lain.

Israel menarik pasukan daratnya dari Gaza pada tahun 2005, dan wilayah tersebut kemudian dikuasai oleh Hamas dalam konteks perang saudara Palestina dengan partai sekuler Fatah dua tahun setelah penarikan tersebut. Hal ini menyebabkan Gaza menjadi terkepung oleh Israel dan Mesir.

Di sisi lain, di wilayah Utara Israel, kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mengancam akan berpartisipasi jika invasi darat ke Gaza dilancarkan. Hizbullah telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket ke Israel, dan bentrokan mematikan juga terjadi di perbatasan.

“Ketika saya pindah ke sini, saya pikir ini sangat buruk. Bagaimana keluarga dan bayi-bayi tersebut mengatasi semua ini?'” ujar Kamenetski dari Sderot lagi.

“Anda memang sudah terbiasa dengan hal itu. Namun saya tidak memikirkan kemungkinan terjadinya perang yang lebih besar. Saat ini hanya satu hari saja.”

Baca Juga : Anies Baswedan Dilaporkan ke Polisi Karena Akronim “AMIN”

Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari wargabicara.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.

Exit mobile version