WargaBicara.com – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2 triliun untuk tahun 2024.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, mengatakan bahwa PMN tersebut diajukan untuk pengadaan armada KRL di wilayah Jabodetabek oleh anak perusahaannya, yaitu PT KAI Commuter (KCI).
“Jadi dukungan yang kami perlukan adalah persetujuan tambahan penyertaan modal negara tahun anggaran 2024 kepada PT KAI sebesar Rp 2 triliun yang nanti akan kami teruskan kepada PT KAI Commuter untuk pengadaan sarana KRL yang sangat mendesak,” ujarnya saat RDP dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (1/7/2024).
Didiek menjelaskan bahwa PMN tahun 2024 akan digunakan untuk pengadaan KRL pada Semester II 2024 sebesar Rp 810 miliar dan Semester I 2025 sebesar Rp 2,37 triliun.
Dia juga menyebutkan bahwa kebutuhan investasi untuk pengadaan KRL akan mencapai puncaknya pada tahun 2025, dengan total Rp 5,98 triliun. Ini mencakup pengadaan 12 rangkaian kereta baru dari PT INKA (Persero), impor 11 rangkaian kereta baru dari China, dan peremajaan 2 rangkaian kereta lama.
“Pemenuhan PMN di tahun ini sebesar Rp 2 triliun merupakan persiapan kami di Semester II 2024 dan Semester I 2025 sehingga pemenuhan kebutuhan ini betul-betul sesuai dengan waktunya dan akan kami serap sesuai dengan governance yang berlaku,” ucapnya.
Menurut Didiek, pengadaan armada KRL ini penting dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan pensiunnya sarana KRL yang sudah tua.
KAI memperkirakan jumlah penumpang KRL Jabodetabek akan mencapai 345 juta pada tahun 2024, dengan rata-rata hampir 1 juta penumpang per hari.
Pada tahun 2025, jumlah penumpang diperkirakan akan naik sekitar 5% menjadi 362 juta, dan terus meningkat menjadi 398 juta pada 2026, serta mencapai 410 juta pada 2027.
Sementara itu, sebanyak 1.088 unit kereta KRL sudah mencapai masa pensiun karena usianya lebih dari 30 tahun, sehingga perlu digantikan secara bertahap dari tahun 2023 hingga 2027 melalui peremajaan armada lama, pengadaan rangkaian kereta baru, dan impor dari China.
“Kalau melihat kepadatan penumpang itu, maka kekurangan jumlah trainset bersamaan dengan peningkatan volume penumpang KRL berpotensi menimbulkan overload penumpang kepadatan yang sangat tinggi khususnya pada saat jam peak hours antara jam 6-8 pagi sekarang sudah melebar sampai jam 9 pagi. Begitu juga kembalinya dari jam 4 sore sampai jam 8 malam,” tuturnya.
Meskipun demikian, KAI menjamin bahwa dana untuk pengadaan armada KRL Jabodetabek tidak hanya berasal dari PMN, tetapi juga melibatkan pinjaman dari pemegang saham dan bank.
Baca Juga : Penumpang KRL dan Transjakarta Tak Lagi Wajib Pakai Masker
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari WargaBicara.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.