Jakarta — Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh alumnus Universitas Brawijaya. Prof. Herry S. Utomo, yang kini menjabat sebagai profesor tetap di Louisiana State University, Amerika Serikat, berhasil mengembangkan beras tinggi protein pertama di Negeri Paman Sam.
Inovasi ini dinamai Frontiere dan telah dipasarkan secara luas dengan nama Parish Rice di negara bagian Louisiana dan Cahokia di Illinois.
Apa Keunggulannya?
Beras ini tidak sekadar mengklaim sebagai beras tinggi protein. Hasil riset menunjukkan bahwa kandungan proteinnya mencapai 10–11 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan beras biasa yang rata-rata hanya mengandung 6–7 persen protein.
Selain itu, beras ini memiliki indeks glikemik rendah, sekitar 41, sehingga lebih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Menariknya, varietas ini dikembangkan tanpa menggunakan rekayasa genetika (GMO). Prof. Herry dan timnya menerapkan teknik mutasi alami dalam proses pengembangannya, menjadikan produk ini aman untuk dikonsumsi masyarakat luas.
Proses Pengembangan
Pengembangan beras tinggi protein ini memakan waktu riset selama tujuh tahun sebelum akhirnya dirilis pada tahun 2017. Sejak itu, produk ini mulai dipasarkan di berbagai wilayah Amerika Serikat dan mendapat respons positif dari masyarakat.
Dampak dan Kontribusi Global
Temuan Prof. Herry dianggap signifikan dalam dunia pangan. Dengan kandungan gizi yang lebih baik, beras ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih sehat, sekaligus menjadi solusi bagi masalah malnutrisi dan penyakit diabetes yang masih banyak terjadi di berbagai belahan dunia.
Kebanggaan bagi Indonesia
Keberhasilan ini tidak hanya mengharumkan nama Prof. Herry sebagai peneliti, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi Universitas Brawijaya sebagai almamaternya. Inovasi ini menjadi bukti bahwa karya anak bangsa mampu memberikan kontribusi nyata di tingkat internasional.