Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk: 37 Santri Meninggal, 26 Masih Dicari, Polisi Selidiki Penyebab

Ponpes Al Khoziny ambruk

Ponpes Al Khoziny ambruk

Sidoarjo — Tragedi memilukan terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9/2025) pukul 14.40 WIB. Bangunan musala lantai dua pesantren tersebut ambruk saat ratusan santri sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah, menewaskan puluhan orang dan menyebabkan belasan lainnya masih hilang hingga hari ini, Minggu (5/10/2025).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa dari total 167 santri yang menjadi korban, sebanyak 104 orang selamat, 37 meninggal dunia, dan 26 orang masih dalam pencarian. Jumlah korban diperkirakan dapat berubah seiring proses evakuasi yang masih berlangsung.

Kronologi Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Menurut pengasuh pesantren, Abdul Salam Mujib, bangunan yang runtuh tersebut sedang dalam tahap renovasi, tepatnya bagian asrama santri putra yang dirancang memiliki tiga lantai dengan atap cor beton. Renovasi telah berjalan hampir sembilan bulan.

“Proses pengecoran dari pagi, siang sudah selesai,” kata Salam seperti dikabarkan Antara.

“Saya tidak ikut mengimami salat berjemaah Ashar tersebut,” tambahnya.

Ia menduga struktur bangunan tidak cukup kuat menahan beban cor semen yang baru selesai dikerjakan.

Sementara itu, seorang santri kelas tujuh MTs Al Khoziny bernama Wahid memberikan kesaksian mengerikan. Ia mengatakan, lantai musala sempat bergoyang sebelum akhirnya roboh.

“Ketika masuk rakaat kedua, bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung,” kata Wahid.

Wahid mengaku berhasil menyelamatkan diri dan sempat membantu teman-temannya untuk keluar dari reruntuhan. Ia memperkirakan jumlah santri yang berada di dalam musala lebih dari 100 orang saat kejadian.

Pakar Teknik Sipil Soroti Kelemahan Perencanaan dan Mutu Bangunan

Menanggapi insiden ini, Dr. Yudha Lesmana, pakar teknik sipil dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, menilai ada kemungkinan kegagalan struktural akibat umur beton yang belum matang.

“Kalau ini gedung baru yang dibangun bertahap, ada kekhawatiran umur pengecoran belum cukup. Ibaratnya, beton masih lemah karena belum matang sudah ditambah beban baru. Minimal 14 hari, idealnya 28 hari untuk mencapai kekuatan yang memadai,” katanya, dikutip Antara (30/9/2025).

Yudha juga menekankan pentingnya keterlibatan ahli teknik sipil dalam pembangunan pesantren, yang menurutnya masih banyak diabaikan di berbagai daerah.

“Gedung ini perlu dilihat apakah direncanakan oleh tenaga teknik sipil atau tidak. Bahannya sesuai mutu atau tidak. Dalam praktik, ada perhitungan teknik sipil untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tapi pelaksanaannya sering tidak sesuai,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa fenomena pembangunan tanpa standar rekayasa struktur masih banyak dijumpai, terutama pada bangunan rendah seperti musala atau asrama.

“Kalau sesuai umur, perhitungan benar, dan bahan sesuai, sebenarnya tidak ada masalah gedung itu digunakan meskipun masih ada proses pengecoran,” ujarnya.

Polisi Selidiki Penyebab Runtuhnya Musala Ponpes Al Khoziny

Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto, menyatakan bahwa penyelidikan atas runtuhnya musala tersebut masih berjalan dan dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan tim ahli konstruksi.

“Ini kan harus dilihat dari awal semuanya. Dari proses saat runtuhnya ini sudah kita dokumenkan, kita ambil dokumentasinya. Dan ini harus sampai menyeluruh penyelidikannya dan kita juga harus ada panduan dari tim ahli konstruksi,” ujar Nanang, Jumat (4/10/2025).

Ia menjelaskan bahwa kepolisian akan memeriksa proses pembangunan dari awal hingga pelaksanaan di lapangan, termasuk penggunaan material dan desain struktur.

“Nanti kami lihat, tapi yang jelas utamanya saat ini adalah masalah kemanusiaan,” ucapnya.

Saat ini, pendataan korban tengah dilakukan dengan membagi tiga klaster: santri, pengurus pesantren, dan pekerja bangunan.

“Sementara pendataan dulu dan kita juga sudah pendataan, fokus pada kemanusiaan,” tuturnya.

Penanganan dan Proses Identifikasi Korban Masih Berlangsung

BNPB menyebut bahwa dari 167 total korban, selain 104 selamat dan 36 meninggal dunia, tim juga telah mengevakuasi satu bagian tubuh manusia yang sedang dalam proses identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI).

Pencarian dan evakuasi masih dilakukan oleh tim gabungan TNI, Polri, BNPB, serta relawan setempat, di tengah kondisi struktur bangunan yang masih berisiko.

Exit mobile version