Liputan6.com – PT Widodo Makmur Unggas (WMU) dan Mitra UMKM Daerah menandatangani perjanjian kerjasama (MoU) guna mendukung penguatan 10.000 UMKM di Indonesia. Kerjasama ini merupakan bagian dari komitmen WMU untuk maju dan tumbuh bersama dalam menyediakan produk pangan hewani berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.
WMU menjamin dalam pengadaan bahan baku yang halal dan terjamin kualitasnya. Tidak hanya itu, WMU akan memberikan benefit bagi UMKM seperti adanya potongan harga dan kemudahan dalam skema pembayaran.
Seremonial penandatanganan kerjasama ini dilakukan secara virtual bersama 3 mitra pengelola UMKM, yaitu Holistika Institute, The Local Enablers dan Lokalkarya. Mitra UMKM ini mayoritas bergerak di industri makanan olahan.
Dengan memastikan kualitas bahan baku serta pendampingan dalam peningkatan kualitas produk yang diberikan oleh WMU bisa menjadi salah satu solusi bangkitnya UMKM di tengah era adaptasi normal baru.
Melalui unit usaha Commercial Broiler Farm dan Rumah Potong Ayam (RPA) yang dikelola dengan menerapkan sistem pemotongan modern, sertifikasi halal dan NKV (Nomor Kontrol Veteriner), proses penyediaan bahan baku daging ayam dapat terjamin kualitasnya. Ditambah WMU juga memastikan bahwa pasokan bahan baku daging ayam tersebut dapat mencapai ke pelosok Indonesia dan dengan harga terjangkau.
Direktur Pemasaran WMU Tri Mahawijaya Herlambang menyampaikan hal serupa mengenai bentuk kerjasama yang terjalin.
“Pada kesempatan ini, melalui berbagai kerjasama yang dijalin dengan berbagai pihak ketiga dan mitra UMKM, WMU akan menyediakan bahan baku berkualitas yang terjangkau guna mendukung UMKM untuk naik kelas. 10.000 UMKM ini juga akan terus berkembang jumlahnya, karena sekarang ini kita memasuki eranya kolaborasi sehingga kita harus tumbuh bersama untuk mencapai tujuan Indonesia Maju,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Tingginya pelaku UMKM di Indonesia, membuat WMU juga berencana untuk memberikan literasi dan edukasi terkait peningkatan kualitas produk. Target yang dimiliki oleh WMU yaitu untuk konsisten berkontribusi terhadap negeri khususnya untuk keberlangsungan dari UMKM.
“UMKM kini menjadi salah satu kunci pertumbuhan dan garda pertahanan dalam menjaga ekonomi nasional. Namun, Kami para pelaku UMKM juga membutuhkan booster dan pendampingan yang tepat untuk dapat naik kelas. Holistika Institute berharap dengan adanya kerjasama dengan PT Widodo Makmur Unggas dapat menjadi booster untuk mitra UMKM. Kami percaya PT WMU, sebagai perusahan yang dimiliki oleh anak bangsa, dapat merawat kunci pertumbuhan dan garda pertahanan ekonomi nasional, yaitu UMKM,” ungkap Ketua Holistika Institute Cecep.
PT Widodo Makmur Unggas (WMU) merupakan anak perusahaan PT Widodo Makmur Perkasa (WMP), bergerak di bidang peternakan ayam terintegrasi vertikal yang berbasis di Jakarta. WMU memiliki unit-unit bisnis meliputi breeding farm, hatchery, commercial broiler farm, commercial layer farm, slaughterhouse, dan feedmill di beberapa lokasi fasilitas yang tersebar di Pulau Jawa.
Kementan Turun Tangan Atasi Kelebihan Pasokan Ayam, Ini Respon Peternak
Kementerian Pertanian RI (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) tengah mengupayakan langkah stabilisasi pasokan dengan harapan harga ayam hidup di tingkat peternak berangsur mengalami kenaikan dan stabil.
Salah satunya, telah diterbitkannya Surat Edaran (SE) Dirjen PKH No. 09246T/SE/PK/230./F/08/2020 Tentang Pengurangan DOC FS Melalui Cutting Hatching Egg (HE) Umur 18 Hari, Penyesuaian Setting HE dan Afkir Dini Parent Stock (PS) Tahun 2020.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Indonesia, Achmad Dawami, menyambut baik keluarnya SE Dirjen PKH yang baru. Karena, menurut Achmad, dalam jangka pendek, SE ini bisa efektif menjadi jurus ampuh untuk menyelesaikan persoalan klasik yaitu kelebihan pasokan (over supply).
“Secara efektif bisa, tetapi harga tidak akan naik secara instan. Paling cepat, hasilnya dapat dirasakan 1,5 bulan yang akan datang. Karena butuh proses, penegakan instruksi Dirjen dan implementasinya sangatlah penting,” katanya kepada wartawan, Selasa (8/9/2020).
Achmad meminta agar SE Dirjen ini dapat berjalan efektif, dibutuhkan pengawasan ketat dari pemerintah dan penerapan sanksi bagi yang tidak mematuhi instruksi. Karena, beberapa perusahaan saat ini ada yang melakukan pemusnahan bibit ayam atau cutting sendiri untuk menyeimbangkan neraca.
Menurutnya, upaya menyeimbangkan pasokan dan permintaan lewat SE Dirjen ini cukup baik. Apalagi, ditengah pandemi Covid-19, permintaan terhadap ayam pasti berkurang. Terutama, dari industri hotel, restoran, dan catering di banyak daerah yang memilih tutup sementara. Situasi itu membuat para produsen ayam, baik peternak mandiri maupun peternak mitra perusahaan pembibitan ayam mencari pasar baru.
Selain SE Dirjen, Achmad juga meminta tiga hal kepada pemerintah agar kelebihan pasokan ini tidak terulang. Pertama, bereskan masalah rantai distribusi ayam yang panjang. Kedua, ayam hidup ini sangat mudah dipengaruhi isu yang langsung menggoyang harga. Dan yang ketiga, sumber data produksi harus akurat, sehingga dari data tersebut pemerintah dapat memperkirakan berapa produksi dan berapa permintaan setiap tahunnya.
Diharapkan Mampu Mengerek Harga Ayam
Pimpinan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Singgih Januratmoko optimis SE Dirjen mampu kembali mengerek harga ayam yang anjlok akibat kelebihan pasokan. Menurutnya, aturan ini akan kelihatan dampaknya 35 hari lagi karena waktunya ayam panen.
“Terutama dengan implementasi afkir dini, seharusnya akhir bulan harga ayam sudah baik,” ujarnya.
Singgih melihat persoalan harga sangat bergantung pada jumlah pasokan. Singgih menekankan, perlunya pengaturan pasokan mulai dari sisi hulu.
Singgih mengatakan, Kementan RI yang mengatur sisi produksi harusnya sudah bisa memperhitungkan jumlah produk saat panen dengan permintaan pasar. Jadi, potensi kelebihan pasokan bisa diketahui sejak awal.
Kondisi kelebihan pasokan ini, kata Singgih, terus terjadi. Semenjak awal tahun 2019, harga ayam di peternak sering jatuh di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Untuk itu, Singgih berharap pemerintah bisa lebih tegas dalam mengatur produksi,dan memberikan sanksi tegas bagi yang tidak patuh. Selain itu, sigap jika ada potensi kelebihan pasokan.
“Jadi kalau telur ayam masuk ke mesin setter yang akan menetas 21 hari kemudian, dan kalau sudah tahu bakal kelebihan harusnya ditarik dulu dong. Supaya DOC (day old chick) nggak berlebihan, jadi pasokan ayamnya juga nggak berlebihan,” jelasnya.
Dunia perunggasan banyak menaruh harapan kepada Dirjen PKH yang baru, Nasrullah, untuk melakukan langkah cepat agar situasi kelebihan pasokan bisa dikendalikan dan harga ayam ditingkat peternak bisa kembali stabil sesuai acuan Permendag.