Grid.ID – Saat siang hari memang sangat nikmat makan nasi bersama beragam lauk pauk, sambal, dan lalapan.
Terkadang lalapan juga sudah dianggap sebagai pengganti sayur.
Banyak yang beranggapan bahwa makan sayur dan lalapan dapat menurunkan kolesterol dan memperlancar buang air besar.
Beberapa jenis lalapan yang biasa kita temukan, seperti mentimun, daun singkong, terong, daun kemangi, labu siam, petai, bunga kecombrang, dan sebagainya.
Mengutip laman Sajian Sedap, bahkan lalapan daun kemangi mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai antiseptik yang membantu memberantas bakteri penyebab bau badan.
Daun kemangi juga bisa meningkatkan nafsu makan.
Bunga kecombrang pun memiliki manfaat seperti menjaga kesegaran aroma tubuh.
Hal ini karena zat aktif yang terkandung di dalamnya, yaitu sapomin, flavoinoida, dan polifenol.
Namun, kamu perlu mengetahui fakta di balik berbagai jenis lalapan yang biasa disantap.
Hal ini dijelakan oleh Wahyu Hardi Prasetiyo, SSTG, MPH, RD, Ahli Gizi Klinik/Dietetesien RSUD Ulin Banjarmasin.
Menurutnya makan lalapan perlu perhatian khusus.
“Budaya makan lalapan sangat baik, selain mudah penyajiannya, juga banyak manfaatnya. Tetapi perlu perhatian khusus,” tandas Wahyu Hardi.
Dilansir Grid.ID dari Banjarmasin Post, secara garis besar, lalapan dibedakan atas lalapan mentah dan lalapan matang.
Di Banjarmasin, jenis sayuran yang umum dipakai sebagai lalapan mentah adalah daun kemangi, kool kenikir, terong bulat, kacang panjang, tomat, mentimun dan kol.
Sedangkan lalapan matang, umumnya menggunakan wortel, labu siam, kacang panjang, buncis, kecipir, daun singkong, bayam, kangkung, paria (pare) dan kol.
Ditinjau dari perolehan gizinya, lalapan mentah mengandung unsur gizi lebih banyak dibandingkan lalapan matang.
Namun ditinjau dari segi keamanannya, lalapan mentah lebih berisiko dibandingkan lalapan matang.
Faktor-faktor yang perlu dicurigai saat mengonsumsi lalapan mentah yaitu:
1. Residu pestisida
Budidaya sayuran tidak terlepas masalah hama dan penyakit tanaman.
Menghindari serangan hama, petani menggunakan aneka merek pestisida.
Pemanenan sayuran tidak boleh dilakukan ketika sayuran baru saja disemprot pestisida, karena residu pestisida masih tertinggal pada sayuran sampai beberapa hari setelah penyemprotan, terutama saat kemarau.
2. Proses pencucian yang tidak tepat
Berbagai penelitian menunjukkan adanya beberapa zat kimia dalam pestisida yang tidak hilang akibat pencucian.
Apalagi kalau pencucian tidak dilakukan dengan teknik yang benar menggunakan cairan khusus yang aman.
3. Kualitas air pencuci
Air yang bersih adalah air yang tidak berwarna, berbau dan berasa, serta bebas dari mikroba patogen.
Sumber air yang tidak bersih dan sering tercemar akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti penyakit tifus oleh bakteri salmonella typhi, disentri oleh shigella dysentriae, kolera oleh vibrio cholerae, dan tuberkulosis oleh mycobacterium.
4. Kontaminasi bakteri berbahaya
Untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tempat tumbuh sayuran, petani juga sering menggunakan pupuk organik berupa humus atau kotoran ternak, bahkan kotoran manusia.
Hal ini bisa menyebabkan kontaminasi sayuran dengan bakteri berbahaya.
5. Senyawa racun alami
Beberapa jenis bahan pangan mengandung senyawa beracun alami.
Senyawa beracun tersebut hanya dapat dihilangkan melalui proses pencucian dan pemasakan dengan suhu yang tepat.
Tidak perlu khawatir dalam proses membuat lalapan matang.
Pemasakan sebaiknya dilakukan dengan teknik blansir, yaitu pelunakan bahan dengan cara pencelupan beberapa saat (sekitar 5 menit) pada suhu air mendidih.
Kemudian segera disiram dengan air dingin (matang) agar pemanasan tidak berlanjut.
Cara ini sangat baik untuk memasak sawi, kubis, bayam, kacang panjang, wortel, pare, dan labu siam.
Dengan syarat harus dengan air yang mendidih sempurna.
Blansir sebaiknya dilakukan untuk masing-masing sayuran, tidak dicampur satu sama lain.
Sayuran sebaiknya diblansir dalam keadaan utuh dan pemotongan dilakukan setelah proses blansir selesai.
Kamu juga tidak perlu terlalu khawatir jika akan mengonsumsi lalapan mentah.
Sepanjang proses perlakuan bahan makanan tersebut dipersiapkan dengan cara higienis dan bebas kontaminasi yang berbahaya.
Jika memang harus harus makan di luar rumah (rumah makan dan sejenisnya), pastikan lebih teliti.
Jangan hanya melihat enak dan murah saja ya.