Suara.com – Masuknya virus Corona atau Covid-19 ke Indonesia dan menginfeksi 4 warganya membuat sebagian masyarakat khawatir virus semakin meluas di Indonesia
Tak heran bila beberapa waktu setelah pengumuman bahwa Indonesia dinyatakan positif virus Corona Covid-19, banyak warga berbondong-bondong membeli masker, hand sinitizer hingga menyebabkan kelangkaan. Bahkan tidak sedikit terjadi panic buying di beberapa supermarket dimana warga membeli begitu banyak kebutuhan pokok.
Tapi sebenarnya, bagaimana sih pandangan warga Indonesia tentang fenomena virus Corona Covid-19 ini yang masuk ke Indonesia? Suara.com berhasil meminta pendapat mereka, dan mereka sudah tahu pasti tentang masuknya virus ke Tanah Air. Sebagian dari mereka juga banyak yang mengaku takut.
Takut dan was-was
“Ya takut mah takut, tinggal pasrah ajalah sama yang maha kuasa allah yang punya istilahnya, ada nggak ada tergantung kitanya yang penting jaga kesehatan kebersihan di rumah,” ujar Warsinah, 69 tahun kepada Suara.com beberapa waktu lalu.
Ketakutan ini juga dirasakan para mahasiswa dan pekerja yang mengaku sedikit was-was serta khawatir. Beruntung ketakutan tidak diperparah karena mereka tidak begitu sering kontak dengan warga negara Asing.
“Lumayan sih jadi lebih waspada kalau takut sih kayaknya enggak, karena paparan saya di lingkungan nggak ada orang dari luar negeri, jadi saya masih ngerasa belum begitu takut,” aku Ardi salah satu pekerja swasta di Jakarta.
Sementara Icha, mahasiswa punya pendapat serupa, “Takut sih lebih ke deg-degan aja sih lebih ke was-was aja, tapi kalau takut nggak begitu. Biasa aja,” celotehnya.
Sedangkan Dzawin Nur seorang Traveler yang baru tiba dari Bali mengaku tidak takut dan panik karena efeknya tidak begitu bahaya dari virus yang ada lebih dulu sebelum virus Corona Covid-19, seperti SARS.
“Tidak (takut) dong, yang pertama karena si corona itu nggak lebih kejam dari SARS. SARS juga saya nggak panik jadi apalagi sekarang,” ungkapnya santai.
Jangan Berlebihan Pakai Masker
Alih-alih menggunakan masker, Icha lebih pilih memanfaatkan tisu untuk didobel bersama masker non bedah. Hal ini dilakukan mengingat masker yang sulit ditemukan, sedangkan saat itu ia sedang sakit.
“Stok tisu sih, kebetulan aku lagi nggak enak badan, masker juga takut kenapa-napa. Cuman bukan karena ada Covid-19 ini aku jadi stok masker enggak, cuma lagi sakit aja,” aku Icha.
Sadar betul masker sedang langka Ardi lebih memilih menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan sebelum beraktivitas, sebisa mungkin menggunakan antiseptik. Ya, walaupun tidak membunuh virus, setidaknya kuman atau bakteri tidak membuatnya mudah sakit sehingga gampang terkena virus.
“Dari dulu suka cuci tangan, cuma sekarang lebih suka lagi, jadi kalau abis dari kereta gojek langsung nyari tempat cuci tangan, pakai handsinitizer. Agak lebay sih, tapi kayaknya nggak ada salahnya juga buat pencegahan,” cerita Ardi.
Sementara Dzawin Nur yang juga seorang komika, tinggal di Bali lebih dari sebulan saat virus Corona Covid-19 sedang mewabah, tidak membuatnya ingin memakai masker.
Walaupun di pulau dewata banyak wisatawan luar negeri, ia tidak perlu pakai masker. Toh, kata Dzawin dia juga tidak sakit.
“Tapi santai-santai aja, banyak yang pakai masker, kalau saya kayaknya nggak deh. Apalagi saya baru baca seharunya yang pakai masker itu pengidap bukan orang yang nggak kena,” celoteh Dzawin.
Dear Pemerintah: Jangan Buat Rakyat Panik!
Harapan mereka untuk pemerintah sebagai pemangku kebijakan, diharapkan betul kehadirannya saat peristiwa wabah ini.
Pria berusia 57 tahun, Tyo sangat berharap pemerintah tidak perlu mengkarantina kota Depok.
“Kalau bisa masker yang gratis, jangan ditakut-takutin. Daerah Depok jangan di steril-steril banget, orang jadi seperti Depok dimusuhin, kalau keluar wah orang Depok, ntar ada virus disini. Jangan! Biasa aja hidup tergantung allah,” ujar Tyo lugas.