Tempo.co – Proyek asuransi dan pembiayaan untuk petani cokelat sedang dikembangkan di Sulawesi. Proyek ini akan menggunakan hasil pantauan Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) milik Amerika Serikat terhadap berbagai indikator, mulai dari suhu permukaan sampai kelembaban tanah.
“Sekarang tidak ada pilihan selain masuk ke new technology digital,” kata Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AUUI) Hastanto Sri Margi Widodo dalam Webinar MarkPlus Industry Roundtable, Rabu, 8 September 2020.
Proyek ini melibatkan sejumlah pihak. Mereka adalah Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AUUI), PT Reasuransi Indonesia, International Finance Corporation (IFC) dari Grup Bank Dunia, dan Mars, merek coklat asal Amerika Serikat. Apa saja manfaat proyek asuransi dan pembiayaan dengan menggunakan hasil pantauan satelit tersebut?
Pertama, akan ada pembiayaan untuk para petani ini. Kemudian, perusahaan asuransi Indonesia akan masuk untuk memberikan jaminan terhadap tanah para petani.
Entah itu dalam kondisi kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang akhirnya mempengaruhi hasil panen mereka. Data ini yang dihimpun dari Satelit NOAA. Beruntung, kata Hastanto, pantauan satelit ini mencakup seluruh wilayah tanah air.
Proyek serupa sudah berjalan sukses di Mozambik, negara di Afrika bagian selatan. Di sana, perbankan akan memberikan kredit bagi petani, yang sebagian dibelanjakan untuk asuransi. Proyek ini dinikmati 41 ribu petani katun dan beberapa petani jagung.
Jaminan yang diberikan mencakup kekeringan, temperatur yang terlalu rendah, dan curah hujan berlebihan. Total portofolio asuransinya mencapai US$ 680 ribu dan klaim US$ 230 ribu.
Di Indonesia, asuransi pertanian semacam ini sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu tapi belum diterapkan luas. Salah satu yang sudah dikenal adalah program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dari Kementerian Pertanian.
Setiap tahun, total lahan sawah yang diasuransikan terus meningkat. Kementerian Pertanian mencatat, total lahan sawah yang diasuransikan sepanjang 2015 hingga 2018 sudah mencapai 2,5 juta hektare. Adapun sepanjang tahun ini, target AUTP adalah 1 juta hektare.